Mengenal Material Kayu Lebih Dekat

Material kayu masih sangat digemari oleh masyarakat saat ini, tidak hanya sebagai bagian dari elemen konstruksi rumah tetapi juga melengkapi interior rumah dan perabotan lainnya. Tetapi tahukah kalian, banjir bandang yang sering terjadi saat ini sebagian besar diakibatkan karena maraknya pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, sehingga peresapan air hujan ke dalam tanah semakin berkurang, sehingga aliran air di permukaan menjadi sangat besar terutama pada saat musim hujan. Untuk itu kita perlu mengenal material kayu lebih dekat, dan bagaimana kita bisa memanfaatkan material ini dengan bijak.

Setiap pohon besar mampu memproduksi 4.580 kg oksigen per tahun, sedangkan seseorang membutuhkan oksigen 2,9 kg per hari yang berarti sekitar 1.085,5 kg per tahun. Jadi jika rumah kita dihuni oleh 4 orang, maka dibutuhkan sekitar 4.234 kg oksigen per tahunnya. Untuk itu, dengan menanam satu pohon besar di pekarangan rumah kita, kebutuhan oksigen tercukupi sepanjang tahun (Heinz Frick, 2006). Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 unit AC yang dioperasikan selama 20 jam per hari. Luar biasa kan!!

Kondisi saat ini, Indonesia sudah mulai defisit kayu, sehingga mau tidak mau suka tidak suka, kita harus bijak memahami dan mengenal kayu lebih dekat, sehingga kita dapat menggunakan kayu dari pohon dengan usia pendek tetapi mampu menghasilkan kekuatan yang baik, dengan metode pengawetan yang benar. Sehingga hutan-hutan di Indonesia senantiasa dapat terjaga kelestariannya.

Kayu memiliki sifat keawetan yang beragam. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan membagi keawetan kayu di Indonesia dalam 5 kelas. Kayu kelas I, tentunya merupakan jenis kayu yang banyak dicari karena memiliki usia keawetan ketika berhubungan dengan tanah lembab selama 8 tahun, tahan terhadap serangan rayap, tahan terhadap serangan bubuk kayu kering dan dalam kondisi tidak terendam air mampu bertahan sampai dengan 20 tahun. Contoh kayu kelas I antara lain kayu balau atau biasa disebut kayu damar laut, kayu bangkirai, kayu eboni, kayu jati dll.

Mengenal material kayu tidak hanya mengenal jenis-jenis kayu saja yang perlu dipahami, tetapi juga bagaimana metode pengawetannya sehingga kayu kelas III, IV dan V dapat memiliki tingkat keawetan yang lebih lama. Metode pengawetan kayu dapat berupa proses vakum tekan, proses rendaman dingin-panas, proses rendaman dingin dan difusi, Pemilihan metode pengawetan ini tergantung dari jenis dan sifat jaringan kayu itu sendiri, serta jumlah kayu dan waktu yang dibutuhkan. Pengawetan dilakukan sebelum tahap finishing, kayu yang akan diawetkan harus memiliki kadar air sesuai dengan metode pengawetannya, yaitu pada proses vakum tekan, kering udara kayu sampai maksimal 35% sedang pada proses rendaman, kering udaranya maksimal 45%.

Pengawetan kayu berguna untuk memperpanjang umur kayu dan sekaligus umur bangunan tentunya, apalagi jika material kayu digunakan untuk memperlihatkan nilai artistik bangunan itu sendiri, seperti bangunan joglo dan bangunan rumah adat lainnya yang hampir keseluruhan bagian bangunan menggunakan material kayu.

Selain mengenal material kayu melalui jenis pengawetannya, kita juga perlu mengenal material kayu dari pemanfaatan sisa olahannya, agar tidak menjadi sekedar limbah belaka. Kayu olahan atau yang sering dikenal dengan engineering wood merupakan upaya memaksimalkan kayu yang dibuat di pabrik, dengan tujuan mencapai sifat dan ketentuan struktural yang diinginkan. Kayu olahan dapat dikelompokkan menjadi kayu lamina, kayu komposit dan panil kayu. Kayu olahan ini mampu merekayasa segala hal yang umumnya menjadi masalah pada kayu solid, misalnya penyusutan, pembengkokan dan lain sebagainya.

Menarik kan!! Semakin kita mengenal material kayu lebih dekat, kita akan semakin peduli terhadap lingkungan di sekitar kita, dan semakin bijak dalam menggunakan material ini, dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lestari. (EDF)